Dalam kehidupan
bermasyarakat, budaya sudah menjadi ikatan dalam keseragaman perilaku. Budaya
yang membedakan masyarakat yang satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi
dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat
menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau
bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam
organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi
efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian budaya organisasi:
1. Pengertian Dan Fungsi Budaya Organisasi
1.1 Pengertian Budaya
Organisasi
· Budaya organisasi
adalah nilai dan norma bersama yang menuntun perilaku para anggota organisasi. Referensi: Luthans, 2007
· Budaya organisasi adalah terdiri atas nilai
dan asumsi bersama di dalam organisasi. Referensi: Glinow & McShane, 2007
· Budaya organisasi
merupakan sistem nilai organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan
dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan budaya organisasi dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi
yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja
dan berperilaku dari para anggota organisasi. Referensi: Cushway dan Lodge (GE : 2000)
· Budaya organisasi
adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri. Referensi: Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt,
Osborn (2001:391)
· Budaya organisasi
adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan
masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada
anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam
mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi. Referensi: Schein (1992:12)
· Budaya organisasi
adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. Referensi:
Robbins (1996:289)
1.2 Fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi dapat
berfungsi sebagai:
1. Identitas, yang merupakan ciri atau karakter
organisasi
2. Pengikat/pemersatu
(sosial cohesion) seperti orang berbahasa sunda yang bergaul dengan orang
sunda, atau orang dengan hobi olahraga yang sama
3. Sumber (sources) misalnya inspirasi
4. Sumber penggerak dan pola perilaku
5. Budaya mempermudah
timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan pribadi
seseorang.
6. Budaya memantapkan
sistem sosial, yang artinya merupakan perekat sosial yang membantu
mempersatukan suatu organisasi dengan memberikan standar-standar yang tepat
untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para anggota.
7. Budaya berfungsi
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku para anggota.
2. Tipopologi Budaya Organisasi
Ada beberapa tipologi
budaya organisasi. Kotter dan Heskett (1998) mengkategorisasi jenis budaya
organisasi menjadi tiga yaitu budaya kuat dan budaya lemah; budaya yang
memiliki kecocokan strategik; dan budaya adaptif. Organisasi yang berbudaya
kuat biasanya dapat dilihat oleh orang luar sebagai memilih suatu gaya
tertentu. Dalam budaya organisasi yang kuat ini nilai-nilai yang dianut bersama
itu dikonstruksi ke dalam semacam pernyataan misi dan secara serius mendorong
para manajer untuk mengikutinya. Karena akar-akarnya sudah mendalam, gaya dan
nilai budaya yang kuat cenderung tidak banyak berubah walaupun ada pergantian
pimpinan.
Sejalan dengan itu,
Robbins (1990) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan budaya yang kuat adalah
budaya di mana nilai-nilai inti dipegang secara intensif dan dianut bersama
secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti dan makin
besar komitmen mereka pada nilai-nilai itu, maka makin kuat pula budaya
tersebut. Sebaliknya organisasi yang berbudaya lemah, nilai-nilai yang dianut
tidak begitu kuat sehingga jati diri organisasi tidak begitu menonjol dan
kemungkinan besar nilai-nilai yang dianut pun berubah setiap pergantian
pimpinan atau sesuai dengan kebijakan pimpinan yang baru.
Jenis budaya yang cocok
secara strategik memiliki perspektif yang menegaskan tidak ada resep umum untuk
menyatakan seperti apa hakikat budaya yang baik itu, hanya apabila “cocok”
dengan konteksnya. Konteks itu dapat berupa kondisi objektif dari
organisasinya, segmen usahanya yang dispesifikasi oleh strategi organisasi atau
strategi bisnisnya sendiri. Konsep kecocokan sangat bermanfaat khususnya dalam
menjelaskan perbedaan-perbedaan kinerja jangka pendek dan menengah. Esensi
konsepnya mengatakan bahwa suatu budaya yang seragam tidak akan berfungsi. Oleh
karena itu, beberapa variasi dibutuhkan untuk mencocokkan tuntutan-tuntutan
spesifik dari bisnis-bisnis yang berbeda itu.
Budaya adaptif didasari
pemikiran bahwa organisasi merupakan sistem terbuka dan dinamis yang dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Untuk dapat meraih sukses dalam
lingkungan yang senantiasa berubah, organisasi harus tanggap terhadap
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dapat membaca
kecenderungan-kecenderungan penting dan melakukan penyesuaian secara cepat.
Budaya organisasi adaptif memungkinkan organisasi mampu menghadapi setiap
perubahan yang terjadi tanpa harus berbenturan dengan perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans
(1992) memaparkan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut:
1.
Peraturan-peraturan perilaku
yang harus dipenuhi
2.
Norma-norma
3.
Nilai-nilai yang
dominan
4.
Filosofi
5.
Aturan-aturan
6.
Iklim organisasi.
Semua karakteristik
budaya organisasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya,
dalam arti bahwa unsur-unsur tersebut mencerminkan budaya yang berlaku dalam
suatu jenis organisasi, baik yang berorientasi pada pelayanan jasa maupun
organisasi yang menghasilkan produk barang.
Robbins (1990)
mengemukakan 10 karakteristik budaya organisasi, yaitu:
1.
Inisiatif individu
2.
Toleransi terhadap
risiko
3.
Pengarahan
4.
Integrasi
5.
Dukungan manajemen
6.
Pengawasan
7.
Identitas
8.
Sistem penghargaan
9.
Toleransi terhadap
konflik
10.
Pola komunikasi.
Inisiatif individual
adalah seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini
meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota
organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam
melaksanakan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai
dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
Toleransi terhadap
risiko, menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih
agresif, inovatif dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya. Pengarahan, hal
ini berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan
harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut
dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
Integrasi adalah
seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan
tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang
baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan
komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya.
Pengawasan, meliputi
peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara
keseluruhan dari perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan pemahaman anggota
organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh
loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
Sistem penghargaan pun
akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian “reward”
(kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah
ditentukan. Toleransi terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk
mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi. Karakteristik
yang terakhir adalah pola komunikasi, yang terbatas pada hierarki formal dari
setiap perusahaan.
Daftar Pustaka
Chatab Nevizond, 2007. Diagnostic Management. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Chatab Nevizond, 2007. Diagnostic Management. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
http://olgamahardika77.blogspot.com/2012/06/pengertian-dan-fungsi-budaya-organisasi.html?m=1
http://www.psychologymania.com/2012/10/fungsi-budaya-organisasi.html
http://www.psychologymania.com/2013/01/tipologi-budaya-organisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar