Kamis, 19 Juni 2014

Cerpen

Tik tik tik…

Terdengar suara tetesan hujan yang pada sore itu mulai membasahi seluruh pelosok kota Jakarta, sampai hujan pun membasahi sebuah rumah mungil tapi tidak layak huni milik sepasang suami dan istri yang tidak lagi muda. Atapnya yang terbuat dari seng mulai memercikan air tertanda bahwa atapnya bocor. Kayu yang menyanggah rumah pun sudah tidak kokoh lagi karena dimakan rayap. Dirumah mungil tersebut juga hanya terdapat satu buah tempat tidur, lemari pakaian, kursi tua dan dapur seadanya. Walaupun rumah itu kecil dan tua, tapi Nenek sangat apik dalam mengurus rumah yang menjadikan rumah itu selalu bersih dan rapih.

Hujan semakin lama semakin deras, petirpun bersahutan seakan sedang berlomba. Ternyata sedari tadi Nenek merasa cemas dan kecemasan itu terbaca oleh Kakek. “Ada apa Nek?” Kakek bertanya kepada Nenek. ”Ini Kek, apakah tidak apa-apa bila kita tetap disini?  Nenek khawatir rumah ini akan rubuh.” kata Nenek. Dengan menunjukan muka yang bersahaja Kakek menjawab, “Nenek tidak perlu khawatir. Kita hanya perlu berdoa kepada Tuhan YME.” kemudian Nenek hanya mengangguk tanda setuju.

Angin berhembus semakin kencang dan dengan diiringi oleh derasnya air hujan. Tidak lama kemudian, hal yang paling ditakutkan Nenek pun terjadi. Tiba-tiba atap yang terbuat dari seng tersebut terbang tertiup angin. kayunya pun runtuh seketika. Untung saja Kakek dan Nenek sedang berada diteras depan rumah karena sedang ingin memasuki kursi yang ada diteras agar tidak basah.

Kakek dan Nenek kaget bukan main, mereka berdua diam seketika. Dengan sekejap mata rumah mungil tersebut lenyap dan hanya menyisakan puing-puing. Kakek memeluk Nenek yang mulai meneteskan air mata. “Kita harus kemana, Kek? Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Nenek sambil menangis tersedu-sedu. “Nenek tidak perlu menangis. Ayo bantu Kakek mengumpulkan barang-barang yang tersisa dan kita harus pergi untuk mencari tempat untuk berlindung!” jawab Kakek mencoba menenangkan Nenek.

Setelah mengumpulkan barang yang tersisa, sepasang Kakek dan Nenek tersebut berjalan meninggalkan rumah mungil mereka. Mereka pun berjalan dan terus berjalan tanpa ada tujuan yang jelas. Mereka terus berjalan hingga matahari mulai tenggelam dan malam pun tiba. Terdengar suara kecil dari arah perut Nenek. “Nenek lapar ya? Sabar ya Nek, nanti Kakek belikan makanan.” kata Kakek. Uang disaku kakek hanya 10 ribu rupiah. Akhirnya kakek membelikan nasi bungkus dan minuman untuk mereka berdua.

Mereka makan sebungkus berdua dipelataran toko yang sepi. Kakek hanya makan sepertiga-nya karena mengalah dengan Nenek yang terlihat begitu lapar. Meskipun Kakek masih merasakan lapar, tapi Kakek membuang rasa lapar itu jauh-jauh. Setelah selesai makan, mereka mulai menyelusuri malam yang dingin berdua. Hujan sudah mulai reda, tapi Kakek belum tau mau bermalam dimana. Kakek sudah kehabisan akal pikiran dan tidak tahu mau kemana lagi.

Tak lama kemudian Kakek melihat sekelompok rumah dari kardus. Kakek dan nenek menghampiri rumah-rumah kardus tersebut. Tiba-tiba ada seorang Bapak-bapak menghampiri mereka, “Kakek sedang apa? Cari tempat tinggal?” tanya si Bapak. “Iya, apakah ada tempat tinggal yang bisa saya tinggali bersama istri saya?” tanya Kakek. “Kebetulan ada Kek, tapi rumah kardus ini sangat sederhana sekali!” jawab si bapak. “Tidak apa-apa, yang penting rumah ini cukup kuat untuk melindungi istri saya dari udara malam.”

Akhirnya Kakek dan Nenek mempunyai tempat untuk berlindung untuk sementa. Kakek berjanji kepada Nenek akan mencarikan tempat tinggal yang lebih layak. Tiba-tiba nenek berkata, “Kek, Nenek tidak perduli seberapa menderitanya kita, seberapa banyak cobaan yang dikasih Tuhan ke kita. Yang penting Kakek selalu ada di sisi Nenek.” begitu kata nenek. “Iya Nek, walaupun kita menderita, kita harus tetap berdoa kepada-Nya agar selalu ada dijalan-Nya. Ingat Nek, papun yang akan terjadi, aku akan selalu menemanimu karena Nenek adalah anugrah terindah yang dikasih Tuhan kepada Kakek.” Kakek menjawab sambil memeluk Nenek.


Kakek menyuruh Nenek untuk tidur, dan Kakek memberikan kecupan selamat tidur di kening Nenek dengan lembut sambil berkata, “Kakek mencintai Nenek, selamanya. Selamat tidur istriku. Semoga mimpi indah.” begitulah perkataan Kakek yang selalu diucapkan kepada Nenek sebelum tidur. Tak lama kemudian, Kakek pun tertidur disamping Nenek dengan beralaskan kardus dan berselimuti kain tipis yang lusuh. Mereka tidur dengan ditemani suara tetesan air hujan yang membuat udara semakin dingin. Tapi buat sepasang Kakek dan Nenek ini, jika mereka selalu bersama maka sedingin apapun udara diluar, mereka akan selalu hangat.

Ragam dan Variasi Bahasa


A.      Ragam Bahasa
Adanya beragam bahasa terjadi karena fungsi, kedudukan, dan lingkungan yang berbeda-beda.  Berikut ini jenis – jenis ragam bahasa, diantaranya :
1.       Ragam Bahasa Lisan dan Ragam Bahasa Tulis
Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.
Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa cakapan.
·         Ragam bahasa pidato.
·         Ragam bahasa kuliah.
·         Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
·         Memerlukan kehadiran orang lain.
·         Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.
·         Terikat ruang dan waktu.
·         Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan :
·         Dapat disesuaikan dengan situasi.
·         Faktor efisiensi.
·         Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
·         Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
·         Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
·         Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.
Kelemahan ragam bahasa lisan :
·         Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
·         Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
·         Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
·         Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh ragam lisan antara lain meliputi:
·         Ragam bahasa tekni.
·         Ragam bahasa undang-undang.
·         Ragam bahasa catatan.
·         Ragam bahasa surat.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
·         Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
·         Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
·         Tidak terikat ruang dan waktu
·         Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam bahasa tulis :
·         Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
·         Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
·         Sebagai sarana memperkaya kosakata.
·         Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
·         Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
·         Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
·         Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Perbedaan ragam lisan dan tulis yaitu :
·         Ragam lisan mengendaki adanya orang kedua, teman bicara sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan.
·         Dalam Ragam lisan unsur-unsur gramatikan seperti subjek, prediket dan objek tidak selalu dinyatakan, sedangkan ragam tulis harus dinyatakan.
·         Ragam lisan sangat terikan pada kondisi, situasi, ruang dan waktu sedangkan ragam tulis tidak.
·         Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi suara sedangkan ragam tulis dipengaruhi oleh tanda baca, huruf kapital dan huruf miring.

2.       Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku
Ragam Baku
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakaiannyasebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya
 Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan da ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
3.       Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan
Ragam Baku Tulis
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya.
Ragam Baku Lisan
Ragam baku lisan bergantung kepada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapannya.
4.       Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional
Ragam Sosial
Ragam sosial adalah ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.
Ragam Fungsional
Ragam fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.
5.       Ragam bahasa menurut hubungan antar pembiacra dibedakan menurut akrab tidaknya pembicara
Ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa akrab.
Ragam bahasa agak resmi.
Ragam bahasa santai.
6.       Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).
Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur.
Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks, vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
B.      Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Variasi bahasa ada beberapa macam yaitu :
·         Variasi bahasa dari segi penutur
·         Yaitu variasi bahasa yang muncul dari setiap orang baik individu maupun sosial.
·         Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik, militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata. Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan dalam bidang lain.
1.       Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa dari segi keformalan ada beberapa macam yaitu :
Variasi Baku (frozen)
Adalah variasi bahasa yang paling formal yang digunakan pada situasi hikmat seperti upacara kenegaraan dan khotbah.
Variasi Resmi (formal)
Adalah Variasi bahasa yag digunakan pada kegiatan resmi atau formal seperti surat dinas dan pidato kenegaraan.
Variasi Usaha (konsultatif)
Adalah variasi bahasa yang lazim dalam pembicaraan biasa. Seperti pembicaraan di sekolah dan rapat.
Variasi santai (casual)Adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi. Seperti perbincangan dalam keluarga atau perbincangan dengan teman.
Variasi akrab (intimate)
Adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab.
Variasi bahasa dari segi sarana
Adalah variasi bahasa yang dapat dilihat dari sarana atau jalur yang digunakan. Seperti telepon, telegraf dan radio.
DAFTAR PUSTAKA :
http://kartikaade.wordpress.com/2009/10/17/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://imamsetiyantoro.wordpress.com/tag/macam-macam-ragam-bahasa/

staff.uny.ac.id/.../Ragam%20Bahasa%20Indonesia.pdf